LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MESIN PRODUKSI PERTANIAN


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM MESIN PRODUKSI PERTANIAN



Description: C:\Users\ASUS\Documents\Fax\logo_unram1[1].png



DISUSUN OLEH:

NAMA PRAKTIKAN  : KHALIFAH ADRIANI PUTRI
NIM                                : J1B018040
KELOMPOK                : II
CO-ASSISTEN              : IIN KARMILA


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019


                   HALAMAN PENGESAHAN


Laporan tetap ini merupakan salah satu syarat untuk  menyelesaikan Mata Kuliah Mesin Produksi Pertaanian Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019/2020 Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
                                                                                                             

                                                                                                             Mataram, 13 Desember 2019
Mengetahui,
Co-Asistensi praktikum                                                                           Praktikan                                         



Iin Karmila                                                                                             Khalifah Adriani Putri         
NIM : J1B017028                                                                                     NIM : J1B018040

Menyetujui,
Koordinator Praktikum Pengukuran dan Instrumentasi
     Koordinator praktikum I                                                                koordinator praktikum II



Fakhrul Irfan Khalil S.T.P.,M.Si                                                                  Muhammad  Naufal D.
 NIP :                                                                                                            NIM : J1B016036

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Tetap ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini maupun dalam pembuatan laporan ini. Penyusun menyadari bahwa laporan tetap ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.






 Mataram, 13 Desember 2019


                                        Penyusun





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................................................................i
     D.   Analisis Data...................................................................................................................................17
     B.    Tujuan Praktikum...........................................................................................................................26
     C.    Manfaat Praktikum.........................................................................................................................26
     B.    Pembahasan.....................................................................................................................................32   
     B.    Tujuan Praktikum............................................................................................................................38
    C.   Manfaat Praktikum...........................................................................................................................38


DAFTAR TABEL


Tabel 1. Hasil Pengamatan  dan perhitungan pengukuran efisiensi hasil bajakan, koefisien
 kerja lapang actual dan teoritis.                                                                                  28
Tabel  2.  Hasil Pengamatam Menentukan Lebar Efektif Nozzle                                               39
Tabel  3. hasil pengamatan menentukan debit  (output nozzle)                                                  40
Tabel  4. Hasil pengamatan padi dengan penggiling padi tenaga listrik                                    51




DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Traktor roda dua                                                                                                          14 
Gambar 2. Sprayer                                                                                                                         39
Gambar 3. Thresher listrik                                                                                                             51




PENGENALAN ALAT DAN MESIN PENGOLAH TANAH

BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
                   Pengolahan tanah pada lahan pertanian merupakan kegiatan awal yang biadanya dilakukan oleh para petani sebelum menanam. Pengolahan tahan pada lahan peranian terbagi menjadi dua macam diantaranya pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder baik itu pada tanah kering maupun legal maupun tanah sawah yang terjangkau oleh irigasi. Pengolahan tanah primer dilakukan dengan tujuan untuk membalikkan tanah dengan cara dibajak sedangkan pengolahan tanah sekunder menggunakan garu yang bertujuan untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih baik bagi pertumbuhan benih maupun tanaman,disamping itu juga tujuan lain dari pengolahan tanah sekunder ini adalah untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman serta mencampurnya dengan tanah.

                  Dalam pengolahan tanah baik itu tanah primer maupun tanah sekunder,pasti tidak akan terlepas dari bantuan berupa alat dan mesin pertanian untuk memudahkan pekerjaan. Alat mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pertanian,dan berguna untuk mempermudah budidaya serta peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Alat dan mesin pertanian ini,ada yang secara konvensional artinya dalam pengolahan tanah masih tradisional yaitu menggunakan tenaga ternak seerti sapi atau kerbau. Tetapi ada juga yang secara modern yaitu menggunakan traktor. Traktor merupakan sumber tenaga mekanis yang bersifat tenaga linier dan tenaga perputaran. Tenaga mekanis ini, merupakan salah satu penghasil tenaga mekanik yaitu motor bakar. Peralatan yang digunakan dalam pembajakan adalah berbagai jenis bajak,yaitu bajak tanah kering (singkal yang sempit),bajak tanah sawah singkal relatif lebar,bajak rotary (dapat membajak dan menggaru pada saat yang bersamaan). Jenis traktor bermacam-macam ada yang roda dua (hand traktor) dan traktor roda dua, untuk mengenal alat dan mesin pengolah tanah lengkap dengan bagiannya. Oleh karena itu,dilakukankah praktikum ini untuk mengenal alat dan mesin pengolah tanah.

B.     Tujuan praktikum
                   Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu,agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari alat pengolah tanah,mengetahui jenis-jenis alat pengolah tanah,dan untuk mengetahui bagian-bagian atau spesifikasi dari masing-masing jenis alat pengolah tanah.

C.    Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu,mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi dari alat pengolah tanah,mengetahui jenis-jenis alat pengolah tanah,dan untuk mengetahui bagian-bagian atau spesifikasi dari masing-masing jenis alat pengolah tanah.


BAB II
TINJAUN PUSTAKA


                     sejarah   pengolahan   tanah   maka   perkembangan dalam tujuan  serta  metoda  pengolahan tanahnya  diikuti  pula dengan perkembangan   dalam   disain peralatan baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak bukti  menunjukkan  bahwa  bajak ringan  terbuat dari kayu telah digunakan secara besar-besaran di daerah Euphrates dan Nile Rivers sekitar tahun  3000  B.C. bahkan  digunakan sebagai tenaga   penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan tanah untuk penanaman Barley,    Wheat dan lain-lain tanaman yang populer pada jaman itu.  Bajak yang digunakan   pada   waktu itu tidak beroda  atau  bajak singkal  yang digunakan  untuk  membalik   tanah  dan  membuat   furrow. Paling tidak peralatan tersebut dapat berfungsi  memecahkan tanah dan   untuk menutup benih. Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang diproduksi di Honan utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama B.C., kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared plow, plow-and-sow dan garu.

                    Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya dipecahkan kedalam bentuk clods tetapi tidak dibalik; dan pengolahan pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran “clod” dan perataan tanah dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik oleh sapi.(Ingka.2014)
                Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat membantu petani dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu. Selama kegiatan KKN-PPM dalam menghitung kapasitas kerja handraktor di dapatkan sekitar 0,056 Ha/jam, sedangkan pengolahan tanah dengan cara manual menggunakan cangkul adalah 0,0017 Ha/jam. Ini berarti pekerjaan pengolahan tanah lebih efektif dengan handtraktor daripada dengan cara manual yaitu 33 kali lipat dari kerja manual (Fahmy.2017).
               Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat membantu petani dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu. Selama kegiatan KKN-PPM dalam menghitung kapasitas kerja handraktor di dapatkan sekitar 0,056 Ha/jam, sedangkan pengolahan tanah dengan cara manual menggunakan cangkul adalah 0,0017 Ha/jam. Ini berarti pekerjaan pengolahan tanah lebih efektif dengan handtraktor daripada dengan cara manual yaitu 33 kali lipat dari kerja manual (Agus.2015).

                 Konsumsi bahan bakar yang dihabiskan dalam penelitian pembajakan tanah dipengaruhi oleh tingkat kedalaman dan kecepatan dari traktor roda dua (hand tractor). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, konsumsi bahan bakar dipengaruhi oleh tingkat kecepatan suatu mesin dimana tingkat kecepatan mempengaruhi proses penambahan bahan bakar yang masuk ke ruang pembakaran, sehingga tingkat konsumsi bahan bakar akan semakin meningkat. Konsumsi bahan bakar dipengaruhi oleh kedalaman pembajakan, dimana kedalaman 30 cm dengan rata-rata bahan bakar 2,782 L/Jam.Kemudian dilanjutkan dengan konsumsi bahan bakar pada kedalaman pembajakan 20 cm dengan volume penambahan bakar sebesar 2,176 L/jam dan kemudian konsumsi bahan bakar yang paling sedikit adalah pada kedalaman pembajakan 10 cm dengan volume penambahan bahan bakar adalah sebesar 1,132 L/Jam. Konsumsi penambahan bahan bakar pada traktor roda dua akan semakin bertambah sejalan dengan kedalam pembajakan. Karena dalam proses pembajakan kedalaman pembajakan akan membuat tenaga traktor menjadi bertambah besar sehingga membuat laju traktor akan semakin melambat. Perputaran tenaga penggerak dalam traktor roda dua terjadi pada pembakaran dalam, yaitu pada ruang pembakaran yang terhubung pada torak. Torak dalam ruang pembakaran berputar untuk menggerakkan implemenberupa bajak singkal, sehingga apabila bajak singkal menacap semakin dalam maka torak bekerja semakin keras dan mempengaruhi proses pembukaan dan penutupan katup input dan katup output sehingga konsumsi bahan bakar akan semakin bertambah pula (Handayani.2017).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM


A.       Waktu dan tempat praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 03 Oktober 2019 Pukul 08.00-Selesai WITA di Lahan Pertanian Universitas Mataram  Narmada

B.        Alat dan bahan praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu,sebagai berikut:
1.      Meteran dan alat tulis
2.      Bajak :
-          Bajak singkal (moldboard plow)
-          Bajak piringan (disk flow)
-          Bajak rotari (rotary plow)
-          Bajak pahat (chisel plow)
3.      Garu :
-          Garu piringan (disk harrow)
-          Garu bergigi per (springs tooth harrow)
-          Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)
4.      Alat penyiang (cultivator)
5.      Tajak putar (rotary hoe)

C.       Prosedur kerja

1.      Diagram alir
2.      Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini yaitu,sebagai berikut :
a.       Disiapkan alat dan bahan
b.      Diamati masing-masing bagian dari alat dan mesin traktor roda dua
c.       Dicatat spesifiki  detail dari bagian-bagian traktor roda dua,beserta spesifikasi dari bajak penggaruknya



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.          Hasil Pengamatan

                Description: C:\Users\ASUS\Documents\PPT\New Doc 2019-12-12 13.14.08_1.jpg
       

B.        Pembahasan


          Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian umumnya digerakkan dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber utama mekanisasi pertanian. Istilah umum lainnya, "unit traktor", yang mendefinisikan kendaraan truk semi-trailer.
    Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insyiniur Prancis memberikan sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insyiniur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin,dkk Dalam USU). Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama Fatemeta IPB (Daywin,dkk Dalam USU).

             Bagian-bagian utama traktor tangan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu; tenaga penggerak motor, kerangka dan transmisi (penerus tenaga) serta tuas kendali. Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel, tetapi ada juga yang mengunakan motor bensin atau minyak tanah (kerosin). Dengan menggunakan satu silinder, motor penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut pengencang. Tujuannya untuk memperoleh kesetimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran V-belt yang digunakan berat kedepan apabila posisi motor diesel digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter .Bagian-bagian mesin pengolah tanah untuk roda dua yaitu, 1) As roda, 2) Pelindung samping, 3) Penahan lumpur, 4) Pengikat batang ridger, 5) Handel pengikat roda belakang, 6) Tuas belok kanan, 7) Handel utama, 8) Tuas gas/ Akselerasi, 9) Handel pembantu, 10) Pemindah kecepatan cakar, 11) Tuas kopeling utama, 12) Pemindah kecepatan jalan, 13) Tuas penyangga depan, 14) Gantungan pisau rotary, 15) Kotak rantai pembantu, 16) Lampu, 17) Pully penegang, 18) Penyangga depan, 19) Penyangga mesin, 20) Pelindung depan, 21) Pully mesin, 22) V-belt, 23) Pully utama, 24) Pelindung V-belt, 26) Tutup kotak peralatan, 27) Tombol lampu, 28) Tuas belok kiri, 29) Pengatur roda belakang, 31) Roda belakang, dan 33) Ban. Sedangkan bagian-bagian mesin pengolah tanah roda empat yaitu,roda depan,roda rem,tuas pengatur hidrolik,pemberat depan,bajak rotari,lampu depan,lampu belok,mesin(diesel engine) tempat duduk operator,kemudi,kaca spion,atap,ban.

Jenis-jenis mesin atau alat  pengelola tanah pertama yaitu, Bajak Singkal (Moldboard Plow) Bajak singkal meruapakan mesin pengolah tanah yang sudah berumur panjang, bahkan bisa dibilang paling tua. Di Indonesia, bajak ini merupakan bajak yang paling umum digunakan oleh masyarakat untuk mengolah tanah. Bajak ini menggunakan tenaga hewan seperti sapi dan kerbau. Fungsi dari bajak ini adalah untuk memotong, membalikkan, pemecahan tanah, serta pembenanaman sisa-sisa tanaman ke dalam tanah dan digunakan pada saat tahap pertama. Bajak singkal satu arah Pada bajak singkal satu arah, saat mengerjakan pengolahan tanah akan melempar dan membalik tanah hanya dalam satu arah. Lemparan atau pembalikan tanahnya biasanya dilakukan ke arah kanan.Traktor yang digunakan sebagai tenaga penarik pada umumnya bertenaga antara 15-25 Hp untuk traktor mini empat roda dan 45- 80 Hp untuk traktor roda besar empat roda. Jumlah bajak yang ditarik dengan traktor tangan biasanya hanya satu bajak.Traktor mini empat roda biasanya menarik 1 sampai 2 bajak. Sedangkan untuk traktor besar empat roda bervariasi, bisa menarik 3 sampai 8 bajak, bahkan bisa lebih dari itu.  Bajak singkal dua arah Pada bajak singkal dua arah ini, saat mengerjakan pengolahan tanah, arah pelemparan atau pembalikan tanahnya dapat diatur dua arah yaitu ke kiri maupun ke arah kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata bajak yang kedudukannya dirancang untuk dapat diputar ke kanan ataupun ke kiri dengan cepat, sesuai dengan arah pelemparan ataupun pembalikan tanah yang dikehendaki. Berikut ini adalah gambar bajak singkal panjang, yang ditarik oleh traktor besar.  Bajak Pirinng Sesuai dengan namanya, bajak ini berbentuk piringan, bulat dan cekung seperti alat penggorengan dengan diameter antara 60 cm - 80 cm. Bajak jenis ini hanya bisa ditarik oleh traktor besar empat roda saja jumlahnya antara 3 sampai 8 bajak piring tergantung pada tenaga traktornya. Sedangkan Jenis-jenis mesin atau alat  pengelola tanah kedua yakni, Bajak Rotary (Rotary Plow) pembajakan tanah menggunakan bajak rotary (rotary plow) menghasilkan tanah yang langsung hancur dan merata, pada bajak ini terdiri dari pisau-pisau rotary yang berputar untuk menghancurkan tanah.Bajak rotary dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :Tenaga pemutar pisau roraty dari mesin tersendiri terpisah dari tenaga traktor Tenaga pemutar pisau roraty disalurkan langsung dari tenaga putaran poros mesin traktor. Garu Sisir ,Guru sisir dapat digunakan pada dua jenis tanah, baik tanah sawah (basah) dan tanah kering. Kegunaan dari garu ini antara lain untuk menghancurkan, meratakan dan memendam sisa-sisa tanaman yang sudah dibaak pada proses tahap pertama. Garu Piring,Garu piring dapat berbentuk seperti bajak piring (rata tepinya) atau tepinya dapat juga berbentuk gelombang. Garu piring yang ditarik dengan traktor besar 4 roda, jumlah piringan dalam satu gang adalah 8 sampai 12 buah piringan, sedangkan jumlah gang  41 dalam satu tarikan adalah 2 atau 4 gang. Diameter garu piring lebih kecil daripada bajak piring.
      Traktor tangan  dengan fungsi utamanya adalah untuk mengolah tanah. Namun, sebenarnya traktor tangan ini memiliki banyak fungsi, seperti pompa air, alat prosesing, trailer, dan sebagainya. Alat ini diharapkan akan berguna di wilayah Indonesia terkenal sebagai negara agraris. Letaknya yang berada di jalur khatulistiwa membawa keuntungan tersendiri bagi kondisi tanah di Indonesia. Tanah-tanah di Indonesia bisa diolah menjadi lahan pertanian sehingga pertanian bisa menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Indonesia pada umumnya. Bagaimanapun, mengolah tanah dalam bertani secara manual akan terasa lebih berat bagi petani. Untuk itu, diperlukan alat atau mesin untuk mempermudah pekerjaan petani dalam mengolah tanah sawahnya. Salah satunya adalah traktor tangan atau hand tractor/HT. Fungsi Traktor Roda Empat Alat Pertanian. Traktor roda empat merupakan suatu peralatan yang diciptakan oleh manusia yang sangat bermanfaat untuk membantu meringankan tugas manusia terutamanya pada kegiatan-kegiatan dibidang pertanian.

Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan menggunakan tenaga penggerak motor bakar, yang pang umumnya bermotor diesel. Sebagai mesin pengolah tanah, traktor digunakan untuk bisa menarik peralatan pengolah tanah, seperti bajak Piring, garu Piring, dan lain-lain. Sedangkan Traktor Roda Empat dioperasikan oleh operator yang duduk di tempat kendali sambil duduk sambil mengemudikannya. Peralatan pengolah tanah dipasangkan atau disambungkan dengan traktor melalui Perangkat yang disebut three hitch point atau penyambungan tiga titik, yang terdiri dari sepasang garpu kiri dan kanan, sedangkan satu tuas lainnya berada di bagian atas sistem penyambungan tiga titik, disebut top link (Tuas penyambung bagian atas) .
Spesifikasi dari traktor roda dua yaitu Traktor tangan dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan bakar dan besarnya daya motor.  Berdasarkan bahan bakarnya, traktor tangan dibedakan atas : Traktor tangan berbahan bakar solar,Traktor tangan berbahan bakar bensin, Traktor tangan berbahan bakar minyak tanah  atau kerosin. Berdasarkan daya motor, traktor tangan dibedakan atas:Traktor tangan berukuran kecil dengan tenaga penggerak < 5 Hp,Traktor tangan berukuran sedang dengan tenaga penggerak 5-7 Hp,Traktor tangan berukuran besar dengan tenaga penggerak 7-12 Hp. Bagian utama traktor tangan ada tiga, yaitu:Tenaga penggerak motor,Kerangka dan transmisi atau penerus tenaga traktor tangan,Tuas kendali.

Alasan diperlukan mempelajari tentang traktor yaitu karena di dalam Sektor pertania di butuhkan  berbagai potensi sumber daya alam yang seharusnya didisain, diusahakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Usaha pokok pembangunan pertanian bukan hanya meliputi pengembangan diversifikasi dan intensifikasi pertanian serta rehabilitasi pertanian, melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya inventarisasi sumber daya pertanian yang ada termasuk di dalamnya teknologi yang mudah dioperasikan, yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan rumah tangga pertanian, peningkatan produktifitas kerja, kenyamanan dalam bekerja, peningkatan kemampuan penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian serta peningkatan kualitas produksi pangan dan gizi. Sehingga dengan mempelajari tentang traktor kita bisa memahami dan menegetahui prinsip kerja dari traktor tersebut guna mempermudah para petani dalam proses pengolahan tanah. Dan kita dapat mengetahui bagaimana cara penggunaan traktor dan dari sini kita juga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari spesifikasi traktor yang digunakan.
Penggunaan traktor dalam bidang pertanian sangat  penting karena memiliki kelebihan antara lain dapat menghemat waktu, menghemat tenaga dan biaya. Namun penggunaan traktor dalam bidang pertanian memerlukan keterampilan sehingga diperoleh hasil pembajakan yang baik. Traktor sangat diperlukan dalam pertanian modern karena dapat meningkatkan kualitas dan waktu hasil pemanenan.


BAB V
PENUTUP


A.       Kesimpulan

              Fungsi dari alat pengolah tanah yaitu mengubah tekstur tanah dan menghilangkan sisa tanaman-tanaman hasil panen agar tidak menggaggu proses penanaman agar menjadi tanah yang siap untuk ditanami tanaman baru. Alat yang digunakan untuk mengolah lahan yaitu ada dua jenis traktor yaitu traktor roda dua dan traktor roda empat. Pada masing-masing traktor akan dipasang bajak agar dapat mengolah tanah,bajak memiliki jenis yang berebeda yaitu ada bajak singkal,bajak rotary,bajak piringan, bajak yang digunakan yaitu bajak yang sesuai dengan keadaan tanah lahan. Spesifikasi alat pengolah tanah traktor roda dua

B.        Saran

Adapun saran yang diberikan kepada praktikan yaitu untuk dapat memahami terlebih dahulu fungsi,  jenis-jenis atau macam-macam alat pengolhan tanah  guna untuk mempermuda dalam proses pengenalan dan pemahaman dalam menggunakan alat pengolahan tanah.




 PENGUKURAN KAPASITAS DAN EFISIENSI KERJA LAPANG

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik.Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek.
 Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian contohnya mesin pengolahan tanah dahulunya menggunakan tenaga hewan sekarang menggunakan mesin seperti traktor. Namun beberapa alat yang digunakan dalam pengolahan tanah seperti traktor  perlu diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kinerja dan efisensi  alat tersebut terhadap lahan yang akan diolah agar mendapatkan hasil yang maksimal oleh karena itu perlu dilakukan praktikan alat dan mesin pertanian untuk mengetahui tingkat efektifitas hasil pembajakan serta membandingkan kapasitas aktual dan teoritis.

B.     Tujuan Praktikum

         adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mempelajari kinerja (performance)  alat dan mesin pengolahan tanah secara mekanis dari aspek teknik kerekayasaan, operasional dan aspek ekonomi.

C.    Manfaat Praktikum

        Adapun manfaat dari praktikum ini adalah diharapkan dapat membuat praktikan atau mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari kinerja ( performance) alat dan mesin pengolahan tanah secara mekanis dari aspek teknik rekayasaan  operational dan aspek ekonomi.


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA


Suatu pekerjaan pengolahan tanah akan dikatakan berhasil dengan baik jika hasil akhirnya berupa suatu kondisi tanah yang sesuai dengan keperluan khasnya. Biasanya untuk bisa diperoleh kondisi tanah yang mendekati kesesuaian dengan yang diperlukan, pengolahan tanah dilakukan lebih dari satu kali, misalnya dengan pembajakan diikuti penggaruan ataupun pola lainnya. Beberapa parameter yang digunakan untuk menilai mutu kerja ataupun karakteristik kerja alat pengolahan tanah antara lain adalah : kedalaman pengolahan, tingkat penghancuran bongkah tanah dan tingkat kegemburan, serta bentuk akhir permukaan tanah setelah pengolahan (Hardjosentono, 2015).

Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, prosentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan keterampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin (Daywin, 2016).
 Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia. Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut. Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang. Waktu lapang bisa hilang akibat penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dan sebagainya (Irwanto, 2018).
 Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang (Ciptohadijoyo, 2016).
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular (Utomo, 2015).

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandingkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktivitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah (Utomo, 2015).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM


A.          Waktu dan tempat praktikum

  Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 03 Oktober 2019 pukul 15.00 WITA – selesai. Di laboraturium depan Fakultas Teknolgi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

B.           ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Adapun alat dan bahan yang digunakan, yaitu
1.   Traktor roda dua
2.   Bajak singkal
3.   Penggaris
4.   Tali rafiat
5.   Meteran
6.   Gunting
7.   Kayu pasak
8.   Buku dan pulpen

C.       PROSEDUR KERJA

1.      Diagram alir
                           
    Gambar 1. Diagram alir pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapang
2.      Langkah-langkah kerja
Adapun langkah-langkah kerja dari praktikum, yaitu:
a.         disiapkan alat dan bahan
b.         diukur tanah yang akan di garuk
c.          dinyalakan mesin traktor roda dua
d.         dilakukan proses  pebajakan tanah menggunakan traktor roda dua
e.         diamati dan dilakukan mengukur kedalaman bajak, dan lebar tanah yang dibajak dengan meteran
f.           dicatat hasil pengamatan

D.       METODE ANALISIS

Analisi yang digunakan dalam pengukuran kapasitas dan efisiensi kerja lapang yaitu Menggunakan rumus :




E actual = (1- L1) X (1- L2) X (1- L3) X (1-L4) X 100 %


 

 





KETERANGAN:
W   : lebar bajak teoritis
V    : kecepatan traktor
W1: lebar bajak teoritis
W2: lebar bajak actual
D    : diameter roda
N    : putaran roda
M   : 0,05
T    : total waktu pergerakan
T1 : waktu untuk belok
T2 : 1.800 s
L1 : persentase waktu hilang karena tumpang tindih
L2 : persentase waktu hilang karena slip
L3 : persentase waktu hilang untuk belok
L4 :persentase waktu hilang untuk macet / berhenti
Ka : kapasitas kerja lapang actual
Kt : kapasitas kerja lapang teoritis







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan  dan perhitungan pengukuran efisiensi hasil bajakan, koefisien kerja lapang actual dan teoritis.
No
Pengamatan

Hasil

1
Lebar bajak teoritis
0,33 m
2
Lebar bajak actual
0,20 m
3
Diameter roda
0,74 m
4
Luas lahan
25 m x 4 m
5
Waktu total pengerjaan
18,46 menit
6
Kedalaman pembajakan
16,88 cm
7
Putaran roda
9 rad
8
Waktu belok
4,38 s
9
Total jarak tempuh
400 m
10
Lebar hasil pembajakan
38,76 cm
11
Kecepatan traktor
1,29 km/jam = 0,36 m/s
12
Kapasitas lapang teoritis
0,12 m²/s
13
Luas hasil pembajakan
0,069 m/s
14
Kapasitas lapang actual
76,23 m
15
% waktu yang hilang untuk tumpang padi
39,4 %
16
% waktu hilang untuk belok
0,4 %
17
% waktu hilang untuk slip roda
99,78%
18
% waktu hilang untuk macet berhenti
0
19
Efisiensi teoritis
57,7%
20
Efisiensi actual
98,23%



·         Perhitungan
1)      Kt   = w x v
       = 0,33 x 0,x36
       = 0,12 m²/s

2)      x 100 %
       = 
       = 0,069

3)     
     =
     = 39,4%

4)     
           =
           = 99, 78 %

5)     
          =
          = 0,004 x 100 %
          = 0,4 %

6)     
         = 0

7)     
                    =
                   =  0, 575 x 100%
                   =  57, 5%

8)      E actual = (1- L1) x (1- L2) x(1- L3) x (1-L4) x 100 %
               = (1- 39,4 % ) x (1- 99,78 % )x (1- 0,4 % ) x (1- 0 % ) x 100 %
               = 98, 229 %  di bulatkan  98, 23 %



B.        Pembahasan


Kapasitas kerja alat dan mesin pertanian adalah kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk seperti Ha, Kg, Lt per satuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per Kw per jam, bila alat/mesin itu menggunakan tenaga penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi Ha/Kw.Jam, Kg/Kw. Kapasitas Lapang dibedakan menjadi 2, yaitu: Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) dan Kapasitas Lapang Efektif (KLE). Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) Merupakan kapasitas (luas pengerjaan) yang diperoleh ketika mesin menggunakan 100% dari lebar kerjanya, tanpa memperhitungkan kehilangan waktu untuk pembelokan, pemberhentian, dan lain-lain). KLT merupakan luas sebenarnya yang didesain utk dpt dikerjakan mesin setiap jam.  Kapasitas kerja efektif  merupakan kapasitas yg diperoleh mesin (laju rata2 mesin) dalam mengerjakan lahan yang mencakup perhitungan kelonggaran untuk kehilangan waktu ketika pembelokan, perbaikan, dll à mengingat tidak akan ada operator yang mampu mengolah lahan tanpa kehilangan lebar kerja misalnya akibat pembelokan dan overlapping pada lintasan kerja  Ini merupakan kapasitas lapang yang sebenarnya yg terjadi di lapangan.

Waktu hilang merupakanvariabel yang paling sulit dinilai dalam hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat  penyetelan  / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok di ujung, penambahan benih atau pupuk, pengosongan hasil panenan, menunggu alat pengangkut, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakanyang berat. Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau efisiensi lapang.

Berdasarkan hasil pengamatan yang lebih efisiensi adalah traktor roda empat dimana traktor roda empat terdiri dari alat yang kompleks Konstruksi utama traktornya yaitu: Mesin sebagai sumber penggerak, Transmisi daya, biasanya berupa roda gigisabuk dan sproket, atau kombinasi keduanya, Alat penggerak, yaitu roda, roda rantai, dsb. Alat pengendali, yaitu berupa kemudikoplingkopling kemudirem.  Alat yang bekerja, yaitu implemen atau trailer yang ditarik Roda traktor bisa diberi pemberat untuk memperbesar traksi. Traktor juga diberi pemberat pada bagian depannya untuk menyeimbangkan traktor, terutama setelah dipasangkan implemen.  banyak silinder (untuk traktor roda empat), dengan konfigurasi silinder in line maupun  V type. Pada traktor roda empat tidak menguras tenaga pekerjaan, dibandingkan dengan traktor roda dua.

Keunggulan dalam penggunaan traktor dalam mengolah tanah hasilnya lebih bagus, lebih padat dan lebih gembur. Disamping itu, bila menggunakan traktor, waktu dalam mengolah/membajak lebih singkat/lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan cangkul. pemanfaatan traktor dalam membajak sawah lebih efisien, tidak membutuhkan tenaga kerja yang lebih, tidak mengeluarkan biaya yang tinggi, dan lebih cepat. Beberapa keuntungan menggunakan traktor yaitu lahan yang diolah dengan traktor  menghasilkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil bajakan hewan, pekerjaan jauh lebih cepat, lebih mudah digunakan atau praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengolahannya. Adapun kekurangan dari traktor ini yaitu menimbulkan polusi dan menggunakan bahan bakar, mengandung banyak bahan kimia.


BAB V
PENUTUP


A.       Kesimpulan

        Berdasarkan hasil praktikum dapat kita simpulkan bahwa kinerja alat atau mesin pengolah tanah secara mekanis adalah untuk memperhitungkan kapasitas kerja, kualitas dan efisiensi kerja dari alat atau mesin tersebut dibandingkkan dengan hasil kerja peralatan tradisional yang umum digunakan pada suatu daerah. Dari aspek ekonomis alat atau mesin pengolah tanah secara mekanis adalah untuk memperhitungkan besarnya biaya operasi rupiah per jam dari alat atau mesin tersebut dibandingkan dengan biaya operasi peralatan tradisional yang mungkin dapat diperoleh dari pennggungaan peralatan mekanis tersebut. Dari aspek operasional alat atau mesin pengolah tanah diperhitungkan dari besarnya biaya tetap dan biaya kerja, biaya tetap teerdiri atas penyusutan, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan gudang serta pajak asuransi sedangkan biaya kerja terdiri dari bahan bakar, minyak pelumas, grease, upah operator dan upah tenaga pembantu operator serta biaya untuk pembelian ban.

B.        Saran

        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan disarankan bahwa pada saat praktikum ini menggunakan dua traktor agar lebih efisien waktu pelaksanaan sehingga masing masing kelompok bisa melakukan pengambilan secara optimal dan nantinya semua praktikan dapat berperan aktif pada saat proses praktikum.


 

PENGENALAN ALAT DAN MESIN PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN DAN KALIBRASI SPRAYER

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

organisme pengganggu tanaman merupakan organisme organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung titik kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas panen sehingga merugikan secara ekonomi. Untuk menghindari kerugian karena serangan opt tanaman harus dilindungi dengan cara mengendalikan opt tersebut titik pengendalian terhadap kehadiran opt yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sangat penting untuk dilakukan titik pengendalian bisa dilakukan dengan cara menggunakan pestisida bisa dilakukan dengan bantuan sprayer aplikasi pestisida dengan cara ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis. Dalam pengaplikasian pestisida untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari semprotan maka kita harus mengetahui bagian-bagian serta fungsi dari alat tersebut sehingga apabila terjadi kesalahan atau kerusakan maka kita dapat mengambil solusi yang tepat.
Kinerja sprayer sangat ditentukan oleh kesesuaian ukuran droplet. Droplet merupakan aplikasi cairan yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan titik sprayer memiliki bagian-bagian penting yang fungsinya tergantung dari masing-masing bagian. Salah satu bagian penting sprayer adalah nozzle. Nozzle terbuat dari bermacam-macam bahan mulai dari plastik sampai baja tahan karat. Nozzle merupakan alat yang berguna untuk mempengaruhi hasil dan bentuk droplet Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan tentang sprayer untuk mendapatkan hasil pengaplikasian pestisida yang optimal maka perlu dilakukan praktikum tentang pengenalan alat dan mesin pengendali hama dan penyakit tanaman dan kalibrasi sprayer. Kekasih perempuan busuk.

B. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui cara pengaturan bagian-bagian sprayer dalam kaitannya dengan penggunaan sprayer untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang sesuai dosis penggunaan obat-obatan tertentu

C. Manfaat praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mengetahui cara pengaturan bagian-bagian sprayer, dalam kaitannya dengan penggunaan frayer untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang sesuai dosis penggunaan obat-obatan tertentu.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Penyemprotan dengan nozzle diatas kanopi tanaman menghasilkan butiran semprot pada daun Sisi atas dengan kepadatan yang lebih tinggi daripada cara penyemprotan dengan nozzle dari bawah.  namun, untuk bidang sasaran lainnya, Kepadatan butiran semprot yang dihasilkan lebih rendah titik hal itu terjadi pada 6 dan 8 MST. Pada penyemprotan dengan nozzle di atas tajuk tanaman, larutan semprot dicurahkan hanya ke satu arah saja, yaitu ke sisi atas tajuk tanaman titik Dengan demikian, Sisi atas tanaman menerima larutan semprot dalam jumlah yang besar. Akibatnya, butiran semprot yang terbentuk berukuran besar ar-razzaq kepadatan butiran semprot per satuan luas bidang sasaran menjadi lebih rendah titik pada penyemprotan dengan arah nozzle ke bawah, butiran semprot tidak segera jatuh sesudah lepas dari nozzle, melainkan melayang-layang terlebih dahulu titik dengan bantuan angin butiran semprot tersebut menyusup ke bagian dalam kanopi tanaman sehingga tingkat penutupan di daun Tengah dan bawah, baik pada sisi atas maupun Sisi bawah lebih tinggi dibandingkan hasil penyemprotan dengan nozzle dari atas tajuk tanaman (Lasmini Wati. 2017)

Penyakit bias (bycularia oryzae cau)  pada tanaman padi tersebar hampir di seluruh Indonesia terutama di daerah pertanian padi lahan kering. Infeksi penyakit bias pada lahan kering lebih sering terjadi daripada di lahan sawah, walaupun tergantung juga pada varietas padi yang ditanam. Varietas padi unggul yang responsif terhadap pupuk nitrogen,, pertanaman Yang rapat, dan suhu tanah yang tidak dukung juga mendorong perkembangan penyakit bias titik gejala penyakit berupa bercak-bercak pada daun ,buku, malai dan gabah titik pada daun padi bercak berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah ketupat titik bagian tengah bercak Biasanya berupa warna kelabu atau keputih-putihan, dengan tepi berwarna coklat atau merah kecoklat-coklatan. Bentuk dan warna bercak sangat bervariasi tergantung pada lingkungan,umur bercak dan tingkat ketahanan variatas padi (Suryanto, 2014).
Salah satu kesalahan Petani dalam pengendalian hama adalah kurangnya pemahaman tentang jenis hama yang dikendalikan sehingga akan menentukan keberhasilan usaha pengendalian hama. Dalam konsep pht Identifikasi jenis hama merupakan salah satu tindakan pertama yang harus dilakukan petani sebelum mengambil keputusan tindakan pengendalian dilakukan titik dengan mengetahui hama yang menyerang tanaman secara tidak langsung dapat pula diketahui jenis cendawan entomopatogen yang sesuai untuk tindakan pengendalian, karena setiap jenis cendawan entomopatogen mempunyai inang yang spesifik.(Prayogo, 2015).

Tanaman padi merupakan bahan kebutuhan produk Masyarakat khususnya di Indonesia, Petani padi di Indonesia berusaha agar mendapatkan hasil panen padi yang baik dengan banyak cara diantaranya penanggulangan hama dan penyakit, penanggulangan penyakit dan hama gejala-gejala yang timbul akibat penyakit dan hama, Hal tersebut diakibatkan kurangnya pengetahuan beberapa Petani dalam penanggulangan hama dan penyakit yang menyerang. Maka dari itu diperlukan adanya ahli atau pakar dalam hama dan penyakit tanaman ini titik penyakit penyakit ini sangat merugikan bagi para petani karena dapat merusak tanaman sehingga terjadi kegagalan panen setiap penyakit umumnya menunjukkan gejala-gejala penyakit yang diderita (Saepullah, dkk. 2016).
Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein oleh karena itu tanaman pangan menjadi sumber utama makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu tanaman pangan yaitu singkong atau ubi kayu. Gempa berdasarkan data dari badan ketahanan pangan Sumatera Barat, singkong Mengalami penurunan produksi sebesar 19,2%. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman Singkong yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Untuk mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman singkong yang dapat diketahui dengan gejala-gejala yang muncul. Ciri-ciri antara tanaman yang terkena penyakit satu dengan penyakit lainnya sangat mirip sehingga membingungkan orang awam atau pemula untuk mengidentifikasi nya (minarti, dkk ,2017).
Sprayer adalah alat penyemprot yang digunakan untuk mengaplikasikan bahan kimia tertentu untuk memberantas hama atau kontrol penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot ( daun, tangkai ,buah ) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efisiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung dalam setiap butiran larutan tersemprot atau droplet yang melekat pada objek dan sasaran semprot. Sprayer adalah alat atau mesin yang berfungsi untuk memecah cairan, larutan atau suspensi menjadi butiran-butiran air atau droplets atau sprayer (Husni ,2017).

















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM




A.  Waktu dan tempat praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat 20 September 2019 pukul jam 15. 00 WITA -selesai di halaman depan, fakultas teknologi pangan dan agroindustri, Universitas Mataram.

B. Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu.
1.      Alat penyemprot atau knapsackk sprayer dan mist blower
2.      botol atau gelas plastik.
3.      top watch
4.      meteran
5.      penggaris
6.      air jernih

C. Prosedur kerja

 1. Diagram alir
 2. Langkah kerja
         Adapun langkah kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.:


  1. Disiapkan alat dan bahan titik
b.      Diamati setiap bagian sprayer dan tentukan fungsi dan bagian-bagiannya c. dibuka tutupan sprayer
  1. Dimasukkan bahan air atau obat-obatan e. ditutup kembali alat sprayer

d.      Diukur tanah yang akan disemprot sepanjang 100 cm
  1. Digendong sprayer
  2. Digerakkan pompa
  3. Dinosel air, akan keluar
  4. Disemprot pada tanah yang diukur titik
  5. Dilakukan pengulangan 3 kali tahap.
  6. Diukur dan diamati jarak tanah kering dari tanah basah dari ketiga tahap tersebut. Begitupun pada pengukuran debit air pada botol diukur tinggi luas penampung pada botol, pada waktu yang berbeda.
  7. Ditulis hasil pengamatan.

D.    Metode analisis


Adapun analisa pada praktikum ini yaitu pada penggunaan alat sprayer metode yang dihitung adalah lebaran nozzle terhadap jarak tanah yang diukur dan volume pada luasdan tinggi penampang air pada botol. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung volume air (cm³) yaitu:
                                     
Dengan :
v : volume air(cm³)
r : jari-jari (m)
t : waktu (s)
d : jarak (m²)
Dan rumus yang digunakan untuk menghitung debit air (Q) yaitu:
                                       




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.          Hasil pengamatan


Description: C:\Users\USER\Music\Pictures\sprayer.jpg
Gambar.3 sprayer

B. Analisis data

Tabel  2.  Hasil Pengamatam Menentukan Lebar Efektif Nozzle
Ulangan
Jarak A – B (M)
Sebaran Nozzle (S)
Jarak kering A (M)
Jarak kering  B (M)
1
2
0.72
0,61
0,64
2
2
0,79
0,74
0,43
3
2
0.73
0,69
0,59
RATA-RATA
2
0,7466
0,68
0,5533

Tabel 3. hasil pengamatan menentukan debit  (output nozzle)

Ulangan
L.Alas wadah (m²)
T.wadah
(m)
Waktu (s)
T.permukaan air (m)
Volume
(m³)
Debit (m³/s)
1
0,07
0,265
30
0,082
0,000315
0,0000105
2
0,07
0,265
60
0,143
0,000055
0,0000083333
3
0,07
0,265
90
0,215
0,00082
0,000009111
Rata-
0,07
0,265
-
0,44
0,000396
0,00000931

Perhitungan
1.      Menghitung volume air (cm³)
Volume air  =  ∏r²t  atau volume air  = 1 /4 ∏d²t
a.       Pada waktu 30 detik
Volume air  = 3.14 x 0,07²  x 0,082
                    = 0,000315
b.      Pada waktu 60 detik
Volume air  = 3.14 x 0,07²  x 0,143
                    = 0,000055
c.       Pada waktu 90 detik
Volume air  = 3.14 x 0,07²  x 0,215
                    = 0,00082


2.      Menghitung debit air (Q)
Debit air  =
a.       Pada waktu 30 detik
Q =
    = 0,0000105 m3/s

b.      Pada waktu 60 detik
Q =
    = 0,00000083333 m3/s

c.       Pada waktu 90 detik
Q =
    = 0,000009111 m3/s

C. Pembahasan

        Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama hama dan penyakit penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu atau gulma. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan titik mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk.

Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seseorang akan melakukan pengendalian terhadap opt menggunakan alat semprot karena pada setiap alat semprot memiliki perbedaan volume yang keluar. Selain itu, faktor manusia juga dapat menyebabkan perubahan alat tersebut. Alat semprot yang menyebabkan perubahan adalah dari nozzle yang kemudian akan menyebabkan volume curah yang keluar dari nozzle menyebabkan perbedaan lebar gawang faktor dari manusia atau penyemprot yang menyebabkan perubahan adalah kecepatan jalan karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda kemudian lebar gawang dan tekanan titik oleh karena itu kalibrasi diperlukan karena pertimbangan hal tersebut. Dengan melakukan kalibrasi maka volume air atau larutan aplikasi per hektar akan didapatkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyemprotan sangat dipengaruhi oleh tingkat peliputan atau tingkat penutupan coverage yakni banyaknya droplet yang menutupi bidang sasaran titik makin banyak droplet pada tiap cm bidang sasaran makin besar makin besar kemungkinan opt terkena pestisida sehingga makin besar kemungkinan penyemprotan berhasil. Tingkat peliputan atau coverage hasil penyemprotan pada bidang sasaran dipengaruhi oleh ukuran ukuran semprot atau droplet. Makin halus ukuran butiran semprot makin baik tingkat penutupan atau coverage nya. Yang kasar cenderung menghasilkan coverage yang kurang baik volume aplikasi. Volume aplikasi atau volume semprot yang terlalu sedikit dapat menghasilkan penutupan yang buruk. Sedangkan volume aplikasi yang berlebihan dapat menyebabkan run off sehingga banyak larutan yang terbuang dari alat semprot yang digunakan. Alat semprot atau sprayer, type, ukuran nozzle mempengaruhi keadaan cuaca koma-koma terutama angin. Angin yang terlalu kencang dapat mengakibatkan tingkat penutupan yang jelek tenaga penyemprot yang kurang terampil dapat menyebabkan coverage nya yang kurang baik.

Jenis-jenis prayer sprayer untuk keperluan pertanian dikenal dengan tiga jenis brainware yakni knapsack sprayer, motor sprayer dan CDA sprayer serta adapula sprayer yang dikembangkan baru-baru ini yaitu sprayer drone. Knapsack sprayer atau di kenal dengan alat semprot punggung. Sprayer ini paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi sayur, atau di perkebunan titik motor sprayer prayer jenis ini menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak pompanya yang berfungsi untuk mengeluarkan larutan dalam tangki titik cara penggunaan motor sprayer bervariasi tergantung jenis dan merknya antara lain digendong di punggung ditarik dengan kendaraan, diletakkan di atas tanah, contoh motor sprayer adalah mist blower sprayer,dan boom. Keuntungan menggunakan motor sprayer kapasitas penyemprotan nya sangat luas dengan waktu yang relatif singkat. Kelemahannya yaitu harganya relatif mahal dan biaya pengoperasian serta perawatannya yang juga mahal. CDA sprayer jenis proyek ini tidak menggunakan tekanan udara menyebarkan larutan semprot ke bidang semprot sasaran melainkan berdasarkan gaya gravitasi dan putaran piringan. Drone saat ini teknik pengembangan penyemprotan dengan menggunakan teknologi drone. Drone dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyemprotan khususnya pada lahan yang sulit dijangkau oleh tenaga manusia. Rata-rata unit Drone untuk pertanian harganya cukup mahal ukurannya juga sangat besar, di mana fungsi dari Drone sangat bermacam-macam titik Drone mampu memberikan pestisida secara otomatis sampai dengan mendeteksi tingkat kerusakan akibat hama tanaman.

Bagian utama sprayer tangki untuk menampung cairan yang disemprotkan titik bagian ini mempunyai manfaat untuk menampung herbisida atau larutan lainnya diisikan dari bahan plat tahan karat. Pengaduk yaitu untuk mengaduk larutan herbisida yang ada dalam tangki titik unit pompa yang terdiri dari silinder pompa dan piston dari kulit untuk memberikan tekanan pada larutan sehingga larutan dapat dikeluarkan di tangki dan mengalir melalui selang dan keluar pada nozzle. Pengaturan tekanan yaitu untuk mengatur tekanan terhadap besar kecilnya volume air atau cairan yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan. Nozzle merupakan bagian strayer yang menentukan karakteristik penyemprotan yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan lembar penutupan pola semprotan dan pola penyebaran yang dihasilkan. Saringan atau strainer yaitu untuk menyaring larutan yang akan dimasukkan ke dalam tangki titik penutup yaitu untuk menutup tangki udara dalam tangki titik tangki pompa untuk memompa cairan saluran penyemprot terdiri dari kran selang karet katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nozzle. Sabuk menggendong digunakan untuk menyandang sprayer pada punggung. Selang karet untuk mengeluarkan larutan dari tangki ke nozzle piston pompa katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki katup pengendali cairan bertekanan yang keluar dari selang karet dan Laras pipa pengatur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nozzle.

Hasil pengamatan pada proses praktikum pengenalan alat dan mesin pengendali hama penyakit tanaman dan kalibrasi sprayer yaitu yang pertama dikenalkan bagian-bagian dari sprayer kemudian dilakukan proses penyemprotan dengan tangki yang diisi air setengah dari tangki sebelum dilakukan penyemprotan diukur luas bidang tanah sepanjang 100 m sebanyak 3 kali diletakkan batu setiap pertengahan sepanjang 100 meter di mana jarak tersebut ditandai dengan batu titik batu ujung dinamakan batu a sedangkan ujung satunya batu b dan ada 1 Batu di tengah-tengah Batu a dan b, batu tengah itulah yang akan disemprot dan dihitung jarak kering A dan jarak kering B. Kemudian semprotkan Air dalam wadah botol yang memiliki luas atau diameter 7 tinggi wadah 26,5 selama 30 detik 60 detik 90 detik dan di hitung ketinggian airnya.
Pengaplikasian pada bidang Teknik Pertanian yaitu sangat bermanfaat atau diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit, karena sprayer merupakan alat yang penting dalam memberantas OPT.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

                Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, cara pengaturan bagian-bagian dari sprayer yaitu di dalam sprayer terdapat bagian-bagian dan masing-masing bagian tersebut memiliki fungsi. Seperti tangki wadah atau tempat untuk menampung cairan atau larutan. Nozzle bagian sprayer yang menentukan pengeluaran larutan, sudut penyemprotan lebar penutupan pola semprotan dan pola penyebaran yang dihasilkan. Pengaduk untuk mengaduk larutan yang ada dalam tangki saringan untuk menyaring larutan yang akan dimasukkan ke dalam tangki selain untuk menyalurkan larutan dari tangki ke nozzle dan sabuk penggendong digunakan untuk menyandang sprayer di punggung. Bagian-bagian sprayer ini menjadi satu kesatuan untuk bekerja dengan sistem yang dikontrol manusia itu sendiri untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman yang sesuai dengan dosis yang dianjurkan agar tanaman tidak kelebihan bahan kimia dalam pestisida.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan dalam pelaksanaan praktikum ini, pada saat proses percobaan penggunaan alat dan pengukuran perhitungan diharapkan praktikan terlebih dahulu memahami bagian-bagian dari sprayer serta cara penggunaannya agar proses penyemprotan berjalan dengan baik dan tidak asal semprot.

 

MESIN PERONTOK PADI

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Penanganan pasca panen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi.  Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan ter-capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu.Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras.  Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang baik agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras.
Dalam usaha tani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya, hal ini melatar belakangi kami untuk lebih tau alat perontok padi yang lebih efisien di gunakan agar tidak banyak kehilangan hasil produksi. Oleh karena itu, diperlukannya praktikum mengenai mesin perontok padi ini.

B.     Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari mekanisme perontokan padi dengan mesin perontok padi bertenaga listrik.

C.    Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui mekanisme perontokan padi dengan mesin perontok padi bertenaga listrik.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kegiatan perontokkan merupakan kegiatan awal setelah panen padi dan setelah dilakukan pemotongan. Kelancaran kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan alat atau mesin perontok  (thresher), kinerja thresher, dan sifat padi yang dirontokkan. Prinsip kerja thresher adalah melepas butir-butir gabahan dari tangkai atau malai padi dan dipisahkan. Pelepasan bulir-bulir ini akibat tarikan, pukulan, gesekan atau kombinasi dari masing-masing. Gigi perontok adalah bagian thresher yang berfungsi melepaskan butir-butir padi tersebut (Saputra,2016).
Penanganan bahan hasil pertanian merupakan operasi yang baik dilakukan pada pengolahan hasil pertanian dan industri. Dengan penanganan bahan yang tidak efisien akan mempengaruhi biaya produksi dan akhirnya akan berpengaruh pada harga produk yang akan dijual. Dengan melakukan efisiensi pada penanganan bahan akan mengurangi biaya produksi sampai 50%. Inefisiensi penanganan bahan akan menimbulkan biaya produksi yang mahal. Mesin dan peralatan untuk mengolah hasil pertanian atau pangan menjadi produk yang siap diolah atau produk yang siap kikonsumsi (Nuryanti, dkk., 2019).
Kegiatan perontokkan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokkan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokkan akan menghasilkan susut tercecer yang relative besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu, hasil gabah yang baik. Bermacam-macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasiatas kecil, sedang, hingga kapasitas besar (Mirza, dkk., 2018).
Jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu: Pedal Thresher (Thresher SemiMekanis). Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontokkan padi. Thresher jenis pedal ini tidak dikategorikan sebagai “Mekanis” karena menggunakan mesin penggerak (bensin/diesel). Power Thresher (Thresher Mekanis). Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontokkan biji-bijian (padi, jagung, dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji-bijian yang dihasilkan relative bersih (Purwono, 2015).
Prinsip dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau tangkai tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu silinder putar yang dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan menggunakan rantai yang dihubungkan dengan engkol (untuk perontok manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang telah dirontokkan langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual dapat mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok mesin dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%. Disini kinerja proses akan sangat tergantung pada sepenuhnya pada manusia, baik dalam hal penggunaan tenaga maupun pengendalian kerja. Proses kerja dilakukan dengan menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin perontok padi (thresher) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri (Dini, 2017).





















BAB III
METODOLOGI

A.    Waktu dan tempat

praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat 27 September 2019 di halaman   belakang fakultas teknologi pangan dan agroindustri Universitas Mataram.

B.     Alat dan bahan

 Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu mesin perontok padi bertenaga listrik, padi yang baru dipanen, stopwatch dan alat penimbang berat padi.

C.    Posedur kerja

1.      Diagram alir
                                   
                                            Gambar 1. Diagram alir proses perontokan padi

Keterangan :  a. tahap pertama ditimbang padi pada berat  0,5 kg
                                      b. tahap kedua dan ketiga ditimbang padi sama –sama berat 1 kg.

2.      Langkah kerja
Adapun langkah kerja pada  proses perontokan padi menggunakan mesin perontok padi bertenaga listrik, yaitu :
a.       ditimbang 0,5 KG 1 KG dan 1 kg padi yang masih bermalai
b.      dihidupkan mesin perontok padi dan tunggu hingga putaran stabil
c.       dimasukkan padi yang telah ditimbang melalui lubang pemasukan dengan perlahan dan hati-hati.
d.      dibiarkan hingga padi rontok
e.       dicatat waktu yang diperlukan setiap proses perontokan
f.       ditimbang sisa ampas dan gabah
g.      di hitung efisiensi perontokan padi tersebut.

D.    Metode Analisis

  Analisis yang digunakan pada perhitungan mesin perontok padi yaitu menghitung efisiensi perontokan gabah dan menghitung efisiensi alat yang digunakan sebagaimana rumus yang digunakan pada efisiensi perontokan gabah yaitu:



KA = RATA-RATA BERAT GABAH 
              WAKTU RATA-RATA
 




               Dimana :       EP = efisiensi perontokan (%)
                                    EA = efisiensi alat (%)
                                    KA = kapasitas alat (kg/s)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil pengamatan


Description: C:\Users\USER\Music\Pictures\thresher.jpg
Gambar.4 thresher listrik


B.     Analisis data


Tabel 4. Hasil pengamatan padi dengan penggiling padi tenaga listrik
Bahan kg
Waktu (s)
Berat gabah (kg)
Sisa (kg)
Perontokkan %
Alat %
Gabah 0,5 kg
23 detik
0,2
0,28
41,67
40
Gabah 1 kg
74 detik
0,38
0,58
39,5
38
Gabah 1 kg
69 detik
0,4
0,56
41,67
40
Total
66 detik
0,98
1,42
122,84
118
Rata-rata
53,33 detik
0,33
0,47
40,95
39,33

Perhitungan
1.      Efisiensi perontokan gabah
·       Bahan 0,5 kg
     
       = 41,67 %
·       Bahan 1 kg
     
               = 39,5 %

·       Bahan 1 kg
     
               = 41,67 %

2.      Efisiensi alat

·       Bahan 0,5 kg
     
               = 40 %



·       Bahan 1 kg
     
               = 38 %
·       Bahan 1 kg
     
              = 40 %

3.      Kapasitas Alat
KA = Rata-rata berat gabah
             Waktu rata-rata
       =
       = 167,58 kg/s

C.    Pembahasan

Mesin perontokan pertama dioperasikan manual yang digerakan oleh kuda. Kemudian mesin uap portabel menggantikan peran kuda dan memberikan tenaga bagi mesin perontok. Pada tahun 1834, John Avery dan Hiram Abial Pitts melakukan pengembangan mesin sehingga mampu memisahkan biji-bijian dari kulit bij secara otomatis. Meski sudah cukup otomatis, tetapi serangkaian proses untuk mendapatkan serealia dari lahan masih cukup panjang. Dimulai dari pemanenan, mengikatnya, merontokkan, dan seterusnya. Semua proses ini dikerjakan secara terpisah. Pada tahun 1910, di daerah Palouse di barat laut Amerika Serikat, dikembangkan mesin yang memiliki konsep pemanen kombinasi yang ditarik oleh kuda. Mesin ini memanen dengan hasil akhir berupa biji-bijian gandum yang sudah dirontokkan. Penemuan ini memotong jalur proses pasca panen gandum yang biasanya dilakukan di luar lahan pertanian. Kemudian mesin diesel dan gas muncul dan semakin meningkatkan inovasi mesin pemanen kombinasi.
Setelah ditemukannya pemanen kombinasi, mesin perontok telah menjadi bagian tetap dari mesin pemanen kombinasi. Namun bukan berarti mesin perontok tunggal sudah tidak ada. Di negara berkembang seperti di Indonesia, mesin ini masih diproduksi terutama untuk merontokan padi, bermesin maupun bertenaga manusia (dengan pedal kaki) berkapasitas rendah agar mampu dijangkau petani kecil. Meski sejak dulu mesin perontok dan pemanen kombinasi identik dengan gandum, tetapi bukan berarti tidak bisa dikembangkan untuk tanaman selain gandum. Mesin ini telah dikembangkan pula untuk merontokkan padikacang-kacanganlada, dan sebagainya. Benua Asia, yang dipimpin oleh Jepang, mengembangkan mesin perontok dan pemanen kombinasi untuk tanaman padi.
Kelebihan menggunakan mesin perontok padi ini adalah Mobilitas yang tinggi, karena sudah dilengkapi dengan roda untuk jalan raya. Penggunaan yang simple hanya dengan membuka, masukan padi yang masih berjerami lalu menutupnya. Mempunyai hasil sampai 10 % lebih baik dari manual. Kecepatan mesin perontok padi yang dapat diatur rpm-nya dengan mudah efisiensi waktu. Sedangkan kekurangannya yaitu dari segi biaya pada saat pembelian yang cukup mahal dan pada saat perawatan yang harus terjaga, untuk hasil yang maksimal.
faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja kegiatan mesin perontokan padi diantaranya yaitu varietas padi, sistem pemanenan, mekanisme perontokan, penundaan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Berdasarkan daya kerontokan padi dapat diklasifikasikan kedalam tingkat tahan rontok, sedang serta mudah rontok. Sistem panen mempengaruhi faktor keterlambatan perontokan padi serta faktor kehilangan hasil. Secara garis besar, sistem perontokan padi terbagi menjadi manual, pedal threser serta mesin power threser. Faktor yang mempengaruhi mesin perontok diantaranya yaitu kapasitas kerja serta faktor kehilangan hasil. Penundaan perontokan padi dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari gabah dan beras yang dihasilkan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme, kinerja dan faktor yang mempengaruhi tahapan kegiatan perontokan padi, dilakukan penelaahan mengenai kegiatan perontokan padi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan perlu dipertimbangkan faktor-faktor sebagaimana tertera diatas untuk optimalisasi kinerja pada perontokan padi.
Spesifikasi alat (thresher) yaitu yang pertama, Penggerak : Mesin bensin 5,5 Hp. Yang kedua, Kapasitas Kerja : 500 kg/jam. Yang ketiga, Kemampuan Pemisahan : 98 %. Yang keempat, Kemampuan Pembersihan : 94 %. Yang kelima, Kerusakan Gabah : Kurang dari 2 %. Yang keenam, Kebutuhan Tenaga : 2 – 3 Orang. Dan yang terakhir, Dimensi dengan Panjang : 950 mm, Lebar (baki tertutup) : 760 mm, Tinggi (baki tertutup) : 1.380 mm dan Berat termasuk engine : 105 kg.
Berdasarkan hasil pengamatan perontok padi, maka dapat diperoleh efisiensi perontok gabah pada bahan 0,5 kg = 41,67 %, bahan 1,0 kg = 39,58 % dan bahan 1,0 kg = 41,67 %. Untuk efisiensi alat diperoleh EA 1 = 40%, EA 2 = 38% dan EA 3 = 40%. Sedangkan untuk kapasitas alat diperoleh hasil 0,0058 kg/s. dari hasil pengamatan pada bahan 1,0 kg dan 0,5 kg diperoleh hasil yang sama, sedangkan pada bahan 1,0 kg dan 1,0 kg dengan berat yang sama diperoleh hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena ketidak akuratan dalam melakukan praktikum.
Pengaplikasian thresher dalam bidang teknik pertanian adalah memudahkan petani dalam proses perontokan padi paska panen. Dalam usaha tani, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya.









BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan

            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Dari hasil pengamatan perontok padi diperoleh efisiensi perontok gabah pada bahan 0,5 kg = 41,67 %, bahan 1,0 kg = 39,58 % dan bahan 1,0 kg = 41,67 %. Untuk efisiensi alat diperoleh EA 1 = 40%, EA 2 = 38% dan EA 3 = 40%. Sedangkan untuk kapasitas alat diperoleh hasil 0,0058 kg/s.

B.     Saran

            Adapun saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan untuk praktikum kedepannya ketersediaan alat dan bahan lebih lengkap lagi supaya pada saat melakukan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan lebih mengefisiensi waktu pelaksanaan praktikum.









 


DAFTAR PUSTAKA


Agus.2015.Penggunaan traktor roda dua pada lahan sawah di jawa barat.Jurnal Agricultura. Vol 20. No 3. Hal 191-197.
Ciptohadijoyo, S. 2016. Handout Mesin Produksi Pertanian. FTP UGM. Yogyakarta.
Daywin, F.J. 2016. Motor Bakar dan Traktor Pertanian . FATEMETA IPB. Bogor.
Dini, Arifa. 2017. Mesin Power Thresher. Jakarta : Grasindo.
Handayani.2017. EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PADA TRAKTOR RODA DUA TERHADAP PENGOLAHAN TANAH. Jurnal pertanian. Volume 2 Nomor 2.
Hardjosentono. 2015. Mesin-mesin Pertanian. Cetakan Kedua. Bumi.Aksara. Jakarta.
Husni. 2017 pengertian sprayer, fungsi, tujuan sprayer atau semprot. Http:// semprot cuy.   Blogspot.com/2017/02/pengertian-sprayer-fungsi-tujuan. html? =1(Diakses pada tanggal 25 september 2019).
Irwanto, A. 2018. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. FakultasMekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. ITB. Bandung.
Lasmini Wati. 2017. Pengaruh arah pergerakan nozzle dalam penyemprotan pestisida terhadap liputan dan distribusi butiran semprot dan efikasi pestisida pada tanaman kentang.jurnal hort. Vol 27.0 nomor 1.
Minarni, dkk. 2017. Case Based reasoning atau CBR pada sistem pakar identifikasi hama dan penyakit tanaman singkong dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman pangan. jurnal TEKNOF. Vol 5 nomor 1.
Mislaini, R dan Khandra Fahmy.2017. PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PENGGUNAAN ALSINTAN PADA LAHAN SAWAH KEPADA MASYARAKAT TANI DI NAGARI MINANGKABAU KEC.SUNGAYANG KAB.TANAH DATAR. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 1(1): 29-38.
Mirza, A, Dkk. 2018. Analisis Pengembangan Thresher Dan Combine Harvester Untuk Produktivitas Padi   Di Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3 (2). Banda Aceh : Universitas Syah Kuala.
Nuryanti, R, Dkk. 2019. Pkm Mesin Power Thresher. Solusi Pengabdian Pangan Bagi Petani Di
            Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 (1). Tulung Agung : Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pgri Tulungagung.
Purwono, Indro. 2015. Mesin Perontok Padi. Jakarta : Java Books Indonesia.
Prayogoyusmani. 2015. Upaya mempertahankan keaktifan cendawan entomopatogen untuk mengendalikan hama tanaman pangan . jurnal Litbang pertanian .Vol .4 .Nomor .2.
Saepulloh, Asep, dkk. 2016 pengembangan sistem pakar diagnosis penyakit dan hama pada tanaman padi varietas berbasis Android. Jurnal algoritma. Vol 13. Nomor 1.
Saputra, Dwi. 2016. Alat Perontok Padi Power Thresher. Http://Dsandrfs.Blogspot.Com/2016/
11/Alat -Perontok-Padi-Power-Thresher.html?.=1. (Diakses Pada Tanggal 14
Oktober 2019)
Suryanto Agus W. 2014. Hama dan penyakit. Yogyakarta: Kanisius
Utomo, H. 2015. Dasar-Dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HASIL HUTAN BUKAN KAYU

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN “SIFAT FISIK MORFOLOGI,SIFAT KIMIA/BIOKIMIA,SIFAT FISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)”

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN