MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN


MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN




                                                      
                                              




DISUSUN OLEH :
NAMA  :  KHALIFAH ADRIANI PUTRI
NIM       :  J1B018040
KELAS  : TEP GENAP 18



PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019





KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya maka penulisi dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Sayur dan buah serta umbi-umbian”
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri Universitas Mataram. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, dan penulis  harapkan kedepannya dapat lebih baik.



Mataram, 22  Mei 2019

Penulis



















COVER....................................................................................................................................................1
2.1   Sayur dan Buah.................................................................................................................................6
2.1.5       Penanganan Buah Klimakterik dan non klimakterik ......................................................11
2.1.6       Grading dan Klasigfikasi mutu........................................................................................12
2.2   Umbi-Umbian.................................................................................................................................13
2.2.1       Struktur Anatomi dan Bagian-Bagian Umbi-Umbian.....................................................13
2.2.2       Penanganan dan Penyimpanan Umbi-Umbian................................................................14 
2.2.3      Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Mutu Bahan.......................................................16
2.2.4       Penanganan Mutu Umbi-Umbian...................................................................................17   















BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang 
Buah-buahan pada umumnya mempunyai musim dan penyebaran tertentu,sehingga penanganan untuk memperpanjang masa simpan buah sangat diperlukan.Usaha ini bertujuan untuk menjaga agar setelah tiba ditangan konsumen, selain mutu kesegarannya masih baik, kandungan vitamin dan nilai gizi lainnya masih tinggi. Perubahan mutu selama proses penyimpanan terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana selama proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti dengan proses pembusukan. Kecepatan respirasi produk tergantung dari suhu penyimpanan, ketersediaan oksigen untuk berespirasi dan karakteristik produk itu sendiri. Menurut Kader (1992) yang dikutip dalam Fitrianti (2006), kisaran kehilangan pasca panen buah segar dan sayuran diperkirakan mencapai 5-25% pada negara-negara maju dan 2050% pada negara-negara berkembang.
Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah rusak dikarenakan proses fisiologis, mikrobiologis, fisik dan mekanis setelah proses pasca panen. Buah buahan yang telah dipetik dari pohonnya tetap melakukan kegiatan metabolisme seperti respirasi dan transpirasi. Transpirasi merupakan penyebab utama dari kerusakan selama penyimpanan. Transpirasi yang cepat dapat mengakibatkan bahan menjadi layu atau berkerut. Proses respirasi pada buah, umumnya terjadi kenaikan aktivitas respirasi setelah buah dipetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa respirasi yang berlangsung dalam buah berhubungan erat dengan umur simpan buah hingga buah siap untuk dikonsumsi (Mudawamah, 2014).
Pada buah klimaterik, pematangan dicirikan oleh peningkatan dalam respirasi dan produksi etilen. Apel, pisang, tomat adalah kelompok buah-buahan klimaterik. Buah-buahan seperti jeruk dan anggur tidak menunjukkan peningkatan respirasi dan produksi etilen sehingga disebut nonklimaterik. Peran etilen dalam pematangan buah-buahan klimaterik telah menghasilkan banyak aplikasi praktis yang ditujukan baik untuk menyeragamakan pematangan atau menunda pematangan (Arshad dan Frankenberger, 2002 dalam Ronkun, 2016).
Dalam pertanian,panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya.Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan dilahan.Namun demikian,istilah ini memiliki arti yang lebih luas,karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek lainnya.
Kegiatan pasca panen bertujuan untuk memperthanakan mutu produk segar agar tetap prima sampai ketangan konsumen,menekan losses atau kehilangan karena penyusutan dan kerusakan,memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian.Kgiatan pasca panen ini dapat membantu para industri rumahan untuk tetap membuat olahan yang mereka buat tanpa takut akan kekurangan bahan karena kerusakannya.
      Pengetahuan bahan hasil pertanian dalam program studi teknik pertanian ini yang mempelajari yakni,tentang karakteristik panen sayur dan buah,cara panen dan penganan pasca panen,proses respiraso dan traspirasi,proses klimakterik dan non klimakterik,grading dan klasifikasi mutu.Serta mempelajari struktur anatomi dan bagian-bagian umbi,penanganan penyimpanan umbi-umbian,faktor yang menyebabkan penurunan mutu bahan,penaganan mutu umbi-umbian.Program studi teknik pertanian sangat berkaitan dengan yang namanya hasil pertanian tapi yang difokuskan pada program studi ini yakni membuat alat dan mesin untuk pertanian sehingga untuk mendukung pembuatan alat dan mesin pertanian harus mempelajari bagaimana struktur dan bentuk dari bahan pangan agar memudahkan untuk merakit dan merancang alat yang sesuai dengan bahan pangan.
1.1    Rumusan Masalah
           Untuk membahas secara lengakap tentang sayur,buah dan umbi-umbian,terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana  cara menentukan kriteria panen sayur dan buah?
b.      Bagaimana  cara panen dan penanganan pasca panen sayur dan buah?
c.       Bagaimana proses respirasi dan transpirasi pada buah dan sayur?
d.      Bagaimana proses klimakterik  dan non klimakterik  pada buah dan sayur?
e.       Bagaimana penanganan  buah klimakterik?
f.       Bagaimana penanganan buah non klimakterik?
g.      Bagaimana struktur anatomu dan bagian-bagian umbi-umbian
h.      Bagaimana penanganan penyimpanan umbi-umbian
i.        Apa saja faktor yang meyebabkan penurunan mutu bahan
j.        Apa saja cara penanganan mutu umbi-umbian.
1.3  Tujuan Penulisan
   Adapun  tujuan dalam penulisan makalah ini yakni,sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui cara menentukan kriteria panen sayur dan buah
b.      Untuk mengetahui cara panen dan penanganan pasca panen sayur dan buah
c.       Untuk mengetahui proses repirasi dan transpirasi sayur dan buah
d.      Untuk mengetahui proses klimakterik dan non klimakterik pada buah dan sayur
e.       Untuk mengetahui penanganan buah klimakterik
f.       Untuk mengetahui struktur anatomi dan bagian-bagian umbi-umbian
g.      Untuk mengetahui penanganan penyimpanan umbi-umbian
h.      Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan penurunan mutu umbi
i.        Untuk mengetahui cara penanganan mutu umbi-umbian















BAB II

PEMBAHASAN
2.1  Buah dan Sayur
2.1.1 Menentukan Kriteria Panen Sayur dan Buah
Standar kematangan telah ditetapkan sebagai kriteria panen untuk buah dan sayur dan bunga sayur.Memanen saat kematangan produk terbaik memungkinkan pelaku penanganan memulai pekerjaannya denga mutu produk terbaik.Produk yang dipanen terlalu awal dapat menyebabkan miskin  cita rasa atau mungkin tidak masak secara baik,sementara produk yang dipanen lambat bisa menjadi berserat atau lewat masak.Pemetik bisa dilatih dengan metode mengidentifikasi kriteria produk yang siap dipanen.
 Tabel 1.1 menyediakan beberapa contoh kriteria panen berdasarkan indeks kematangan
INDEKS
CONTOH
Waktu dalam hari mulai pembungaan sampai panen
Apel,pir
Rata-rata unit panas selama perkembangan
Kacang polong,apel,jagung manis
Perkembangan dari lapis absisi
Beberapa melon,feijoas
Morfologi dan struktur permukaan
Formasi kutikula pada anggusr,tomat,pembentukan jaring,jaring permukaan beberapa melon,permukaan bercahaya beberapa buah (perkembangan lapisan lilin)
ukuran
Semua buah dan kebanyakan sayur
Berat jenis
Ceri,semangka,kentang
bentuk
Bentuk penanpang pisang,penuh atau keberisian pipi mangga,kekompakkan brokoli dan bunga kol
kepadatan
Selada,kol,brusel sprouts
SIFAT TEKSTUR

Kekerasan
Apel,pir,stone fruits
kelembutan
Kacang polong
Warna,luar
Semua buah dan kebanyakan sayuran
Warna dan struktur dalam
Pembentukan bahan berbentuk seperti jeli di dalam buah tomat,warna daging untuk beberapa buah
FAKTOR KOMPOSISI

Kandungan tepuung
Apel,pir
Kandungan gula
Apel,pir,buah batu,anggur
Kandungan asam,rasio gula/asam
Delima,citrus,pepaya,melon,buah kiwi
Kandungan jus
Buah citrus
Kandungan minyak
Alpukat
Kesepetan(kandungan tannin)
Persimmon,kurma
Konsentrasi etilen internal
Apel,pir

         Sayuran dipanen dengan kisaran tingkat kematangan yang luas,tergantung bagaimana dari tanaman tersebut yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
Tabel 1.2 menyediakan beberapa contoh  indeks kematangan sayur
Hasil panen
Indeks/kriteria
Akar,umbi dan umbi lapis (bulba)

Radish dan wortel
Cukup besar dan renyah
Kentang,bawang merah dan bawang putih
Ujung atasnya mulai mengering dan merunduk
Yam dan jahe
Cukup besar (terlalu matang jika keras dan berserat) daunnya lebar dan panjang
Daun bawang hijau
Daunnya lebar dan panjang
Sayuran buah

Cowpea,kacang panjang,snap bean,batao,sweet pea,dan winged bean
Polong berisi dengan baik dan terbelah dengan mudah
lima bean dan pigeon bean
Polong berisi penuh dan mulai kehilangan warna hijaunya
Okra
Ukuran yang diinginkan tercapai dan ujungnya mudah terbelah
Upo,snake gourd dan dishrag gourd
Ukuran yang diinginkan tercapai dan thumbnail masih dapat mempenetrasi bagian daging (kelewat matang bila thumbnail tidak dapat mempenetrasi bagian daging)
Terong,bitter gourd,chayote atau labu jepang dan mentimun iris
Ukuran yang diinginkan tercapai tetapi masih lembut  (terlalu matang jika warna memudar atau berubah dan bijinya keras)
Jagung manis
Mengeluarkan cairan seperti susu jiks kemelnya ditoreh
tomat
Bijinya terlepas jika dipotong,atau warna hijau berubah menjadi merah
Muskmelon
Mudah untuk dipisahkan dari batang dengan cara memutarnya dan tidak meninggalkan bekas
paprika
Warna hijau tua memudar atau berubah merah
Melon honeydew
Berubah warna dari sedikit putih kehijauan menjadi warna krim,baunya dapat tercium
semangka
Warna bagian bawah berubah menjadi kuning muda,membuat bunyi seperti berlubang jika diketuk
Sayuran bunga

Bunga kol
Bunganya kompak (kelewat matang bila tandan bunga memanjang dan terpisah satu dengan yang lainnya)
Brokoli
Tunas tandan kompak(kelewat matang jika tandan terlepas)
Sayuran berdaun

lettuce
Cukup besar sebelum berbunga
cabbage
Bagian kepala kompak(kelewat matang jika kepalanya ada retakan)
Seledri batang
Cukup besar sebelum menjadi padat

2.1.2 Cara panen dan penanganan pasca panen buah dan sayur
1)  cara panen secara buah dan sayur secara umum
          Buah harus dipanen setelah masak fisiologisdan sayur dipanen sesuai tingkat kematangan dan keinginan si pemetik  dengan cara memetik,ditarik (apokat),dibengkokan (nanas),dipotong (sayuran ),digali (umbi) , menggunakan galah pada pohon yang tinggi.Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas rendah dan kuantitasnya kurang.Buah yang dipanen pada saat masih muda,seperti buah mengkudu,jeruk nipis,jambu biji dan buah ceplukan akan memili cita rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap.Begitu pula halnya dengan pemanenannyang terlambat akan menyebabkan penurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang terdapat didalamnya menjadi zat.
2)  penanganan pasca panen buah dan sayur
a.    Pencucian
Hampir semua komoditas sayuran yang telah dipanen mengalami kontaminasi fisik terutama debu atau tanah sehingga perlu dilakukan pencucian. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran serta residu pestisida (insektisida atau fungisida). Namun demikian, pencucian tersebut tidak dilakukan terhadap sayuran yang teksturnya lunak dan mudah lecet/rusak. Secara tradisional pencucian ini menggunakan air namun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan penambahan klorin ke dalam air pencucian agar mikroba dapat dihilangkan dengan lebih efektif. Setelah pencucian biasanya bahan dikeringkan dengan cara meniriskannya dialam terbuka atau dengan cara  mengalirkan udara panas.
b.   curring
Kegiatan ini dilakukan terhdap komoditas sayuran yang mengalami kerusakan kulit. Contoh komoditas seperti kentang, bawang merah, bawang putih, ubi jalar dan lain-lain biasanya memperoleh perlakuan curing sebelum disimpan/dipasarkan dengan tujuan agar permukaan kulit yang terluka/tergores dapat tertutup kembali. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membiarkan bahan untuk beberapa hari pada suhu ruang. Untuk bawang merah atau bawang putih, curing dapat juga dilakukan dengan cara menjemurnya dengan sinar matahari. Proses curing dapat diaktifkan dengan suhu rata-rata dibawah suhu ruangan dan kelembaban yang tinggi. Sebagai contoh, ubi jalar dilakukan pada suhu 32,8°C dengan humaditas relatif berkisar 9597% sedangkan untuk kentang dapat dilakukan dalam 2 tahap yakni pada suhu 18°C selama 2 hari kemudian pada suhu 7-10°C selama 1 minggu dengan RH berkisar 90-95%. Selain hal tersebut, proses curing memberikan keuntungan lain yakni yakni menurungkan kadar air yang dapat mencegah pertumbuhan kapang. Hal tersebut dapat dilihat pad beberapa komoditas terutama pada bawang merah atau bawang putih.
c.    Sortasi
Nilai ekonomi berbagai jenis hortikultura tergantung pada mutu komoditas tersebut. Oleh karena itu proses pemisahan antar komoditas (sortasi) yang mutunya rendah dengan yang mutunya tinggi perlu dilakukan. Pemisahan tersebut berdasarkan ukuran, tingkat kematangan, rusak, lecet, memar,busuk, warna dan sebagainya. Perlakuan sortasi tergantung juga kepada peruntukannya atau tempat pemasarannya (misalnya pasar swalayan, restoran, atau hotel).
d.   Penilinan
Tingkat kesukaan konsumen terhadap hortikultura juga dipengaruhi warna komoditas. Berbagai upaya telah dilakukan agar kenampakan komoditas tersebut dapat semakin menarik. Salah satu cara yang dilakukan adalah pemberian lapisan lilin atau pelilinan (waxing). Beberapa jenis sayuran terutama sayuran buah kadang-kadang diberi perlakuan pelilinan dengan tujuan untuk meningkatkan kilap, sehingga penampakannya akan lebih disukai oleh konsumen. Selain itu, luka atau goresan pada permukaan buah dapat ditutupi oleh lilin. Namun demikian pelilinan harus dilakukan sedemikian rupa agar pori-pori buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi proses anareobik dalam sayuran.
e.    Grading
Grading hampir sama dengan sortasi. Kalau sortasi adalah pemisahan/pengelompokan berdasarkan mutu yang erat kaitannya dengan kondisi fisik (busuk, lecet, memar) bahan sedangkan grading lebih kearah nilai estetikanya (warna, dimensi). Dalam hal tertentu misalnya tingkat kematangan maka grading dan sortasi memiliki kriteria yang sama. Kombinasi keduanya menghasilkan standar mutu sayuran dimana ada jenis sayuran memiliki 1 atau lebih standar mutu.
f.    Pengemasan dan Pengepakan
Pengemasan dilakukan secara bertahap dimana pada tahap pertama (primer) dimana  sayuran dikemas dengan bahan plastik atau kertas agar bahan terhindar dari kerusakan akibat gesekan atau benturan sesama bahan maupun dengan benda lain sehingga mutunya dapat tetap dipertahankan. Selanjutnya dilakukan tahap kedua (sekunder) dimana sauran dikemas karton atau kotak kayu. Selanjutnya karton atau kotak kayu tersebut disimpan di atas suatu pallet untuk kemudian dikirim ke ruang pendingin.

2.1.3  Proses respirasi dan transpirasi sayur dan buah

                  Respirasi Pasca panen, tetap melakukan respirasi untuk memenuhi kebutuhan energi Respirasi (aerob dan Anaerob) Perombakan senyawa kompleks (perubahan rasa, pengerasan jaringan, pembentukan akar). Transpirasi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Perpindahan air dari bahan ke lingkungan Susut bobot, layu dan keriput. Respirasi adalah suatu metabolisme yang memerlukan oksigen untuk pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, lemak, protein yang menghasilkan CO2, air dan sejumlah elektron-elektron. Laju respirasi dari suatu buah merupakan indikator yang baik bagi aktivitas metabolik jaringan. Oleh karena itu, respirasi dapat digunakan sebagai petunjuk terhadap potensi umur simpan. Kecepatan respirasi yang tinggi biasanya berhubungan dengan tingkat umur simpan yang pendek. Respirasi biasanya juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu tingkat perkembangan, susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapisan alami dan jenis jaringan serta faktor eksternal yaitu suhu, zat pengatur pertumbuhan dan konsentrasi O2, CO2 di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan pola respirasinya, buah dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu buah klimakterik dan buah nonklimakterik.     Buah klimakterik adalah buah yang proses pematangannya terjadi setelah laju respirasi mencapai puncaknya. Buah-buahan yang termasuk golongan klimakterik ialah pisang, mangga, pepaya, alpokat, tomat, sawo dan sebagainya. Sedangkan buah nonklimakterik adalah buah yang laju respirasinya terus menurun dan tidak mencapai puncak. Buahbuahan yang termasuk golongan nonklimakterik ialah semangka, jeruk, nenas, mentimun, anggur
                       Laju respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang, jumlah O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan energi yang terbentuk. Pengukuran laju respirasi biasanya hanya ditentukan dengan mengukur O2 dan CO2, yaitu dengan mengukur laju penggunaan O2 atau pengeluaran CO2 (Pantastico 1986).  Pengukuran laju respirasi dapat dilakukan dengan sistem tertutup dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup, bahan ditempatkan dalam suatu wadah tertutup sehingga gas CO2 yang dihasilkan terakumulasi dan gas O2 yang dikonsumsi menjadi berkurang konsentrasinya. Laju respirasi dihitung dengan mengetahui berat bahan, volume bebas wadah dan selisih konsentrasi gas antara masuk dan yang keluar (Rokhani et al 1996).  Laju respirasi merupakan indeks yang baik untuk menentukan umur simpan buah-buahan setelah dipanen.      
                     Laju Respirasi. Laju respirasi pada buah manggis dilakukan dengan mengambil gas dalam stoples gelas yang berisi manggis dan dimasukkan ke dalam selang plastik yang telah dihubungkan dengan alat Gas analyzer. Setiap pengukuran dilakukan rata-rata setiap 3 jam sampai kurva menunjukkan penurunan. Tiap-tiap pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Besarnya laju respirasi yang terukur dinyatakan dalam jumlah CO2 yang dihasilkan (ml/kg.jam).

2.1.4  Proses Klimakterik dan Nonklimakterik Sayur dan Buah
             Klimaterik, Suatu perubahan pola respirasi yang mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selam proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen, yang ditandai dengan terjadinya proses pematangan. Contoh buah klimaterik: Apel, pisang, mangga, alpukat, pepaya, peach, tomat ,buah naga, strauberi,cabai. Non Klimakterik, Pada buah-buahn yang tidak mengalami proses tersebut digolongkan ke dalam golongannon klimaterik. Contoh buah non klimaterik: semangka, timun, anggur, limau, jeruk, nanas, arbei, durian, kelengkeng, matoa, rambutan. 
      Buah-buahan dapat dikelompokkan berdasarkan laju pernapasan mereka di saat pertumbuhan sampai fase senescene menjadi kelompok buah-buahan klimakterik dan kelompok buah-buahan non klimakterik. Buah-buahan klimakterik yang sudah mature, selepas dipanen, secara normal memperlihatkan suatu laju penurunan pernafasan sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh hentakan laju pernafasan yang cepat sampai ke tingkat maksimal, yang disebut puncak pernafasan klimakterik.
      Bila buah-buahan klimakterik berada pada tingkat maturitas “kemrampo” yang tepat, dikspos selama beberapa saat dengan konsentrasi ethylene yang lebih tinggi dari threshold minimal, maka terjadilah rangsangan pematangan yang tidak dapat kembali lagi (irreversiable ripening).
     Pada buah-buahan non klimakterik terjadi hal yang berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimakterik. Meskipun buah-buahan tersebut diekspose dengan kadar ethylene kecil saja, laju pernafasan, kira-kira sama dengan kadar bila terekspose ethylene ruangan, kalau ada tingkatan laju pernafasan hanya kecil saja. Tetapi segera setelah itu laju pernafasan kembali lagi pada laju kondisi istirahat normal, bila kemudian ethylene nya ditiadakan. Dengan ekspos ethylene terjadilah suatu respon yang kira-kira mirip dapat diamati. Dalam suatu buah yang telah mature (tetapi belum matang) terjadilah perubahan parameter yang dialami buah seperti mislnya degreening atau hilangnya warna hijau.
             Meskipun secara ilmiah dan physiologis dapat ditunjukkan adanya      perubahanperubahan yang terjadi yang memungkinkan untuk melakukan klasifikasi sifat dan tabiat buah-buahan lepas panen, tetapi parameter yang sangat mudah dan lebih bermanfaat dan bermakna bagi konsumen adalah parameter perubahan lain yang lebih praktis sifatnya yang terjadi selama proses pematangan. Parameter-parameter yang dimaksud adalah : terjadinya pelunakan sera terjadinya sintesa karotinoid. Demikian juga halnya dengan terjadinya perubahan warna eksternal seperti terjadinya pemecahan (breakdown), khlorophyl, sehingga membuka tabir lapisan karotenoid dalam kulit pisang, terjadinya perubahan dari warna hijau menjadi kuning.
                 Untuk membedakan buah klimaterik dari buah non-klimaterik adalah responnya terhadap pemberian etilen yang merupakan gas hidrokarbon yang secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam peningkatan respirasi. Buah non-klimaterik akan bereaksi terhadap pemberian etilen pada tingkat manapun baik pada tingkat pra-panen maupun pasca panen, contoh buahnya yaitu semangka, jeruk, nenas, anggur, ketimun dan sebagainya. Sedangkan buah klimakterik hanya akan mengadakan reaksi respirasi bila etilen diberikan dalam tingkat pra klimakterik dan tidak peka lagi terhadap etilen setelah kenaikan respirasi dimulai. Contoh buahnya meliputi   pisang, mangga, pepaya, adpokat, tomat, sawo, apel dan sebagainya
         
2.1.5   Penanganan Buah Klimakterik dan non klimakterik
                       Perubahan tingkat kekerasan (firmness) atau tekstur buah, meskipun secara jelas dapat digunakansebagai parameter penting bagi konsumen, ternyata kurang gampang dihayati dan dimengerti, dan akibatnya lebih sulit dilakukan kuantifikasi, sebaiknya perubahan flavor (citarasa) yang merupakan kepedulian utama konsumen dianggap lebih penting diasumsikan sebagai cerminan dari perubahan-perubahan fisikokimia. Karena itu telah menjadi kepedulian yang sangat besar bagi industri buah-buahan agar secar penuh manusia dapat mempengaruhi perubahan laju pematangan dengan cara melakukan manipulasi suhu, atau konsentrasi ethylene, yaitu pada saat sebelum dan sewaktu proses pematangan buah (ripening) terhadap setiap kultural atau spesies buah-buahan. Proses penuaan buah (maturity) sangat penting dikuasai mekanismenya. Salah satu aspek dari maturitas adalah pengembangan kapasitas buah untuk mampu menjadi matang. Dalam suatu spesies buah atau kultivar tertentu respon terhadap ethylene sangat dipengaruhi bukan saja oleh derajat maturity buah tetapi juga oleh konsentrasi relatif dari plant growth regulator lainnya, seperti misalnya asam giberilat, serta terhadap kadar mineral yang ada di dalam buah.
                     Suatu contoh, perlakuan pemberian larutan kalsium khlorida terhadap buah advokad, ternyata mampu menghambat respirasi, dan sekaligus memperlambat terjadinya klimakterik dan menekan puncak produksi ethylene .Pengaruh mana tidak terjadi terhadap buah pisang. Dalam pustaka yang telah diketahui pengaruh ethylene terhadap proses pematangan buah (ripening) ternyata masih sangat terbatas kurang informasi yang diperlukan terhadap senyawa-senyawa lain yang harus dilibatkan dalam mengatur proses metabolisme termasuk proses pematangan buah.
                       Di samping itu harus dipahami mengenai faktor lain sebelum menangani buah-buahan tropis khususnya betapa pentingnya faktor sifat kepekaan terhadap chilling enjuries. Ekspose buah-buahan tropis pada suhu lebih rendah dari nilai threshold kritis, akan berakibat gagalnya buah mencapai tingkat kematangan yang normal.
2.1.6   Grading dan Klasifikasi mutu
                      Grading merupakan  mengklasifikasikan bahan berdasarkan nilai komersial dan kegunaan dengan faktor penentu yang lebih banyak daripada sortasi. Faktor grading ditetapkan oleh berbagai agensi atau lembaga yang berkepentingan dengan produk pertanian tertentu yang digunkan sebagai standar dalam perdaganga.
Manfaat Grading yakni sebagai berikut :
·         Menjamin produsen memperoleh harga relatif terhadap mutunya
·          Mempermudah penanganan biji-bijian dalam penyimpanan dengan mutu yang sejenis
·         Dapat menjadi suatu metode yang sederhana dalam penentuan harga sehubungan dengan mutunya dalam perdagangan
·         Memungkinkan pembeli memperoleh kualitas bijibijian yang sama secara konsisten
·         Dapat memilah biji-bijian ke dalam beberapa kelompok mutu sehingga terdapat pilihan gradasi kelompok mutu produk.
Faktor-faktor grading yang digunakan untuk produk pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
·         Sifat fisik : Kadar air, ukuran, berat, tekstur, warna, benda asing, bentuk
·         Sifat kimia : Komposisi kimia, ketengikan, indeks asam lemak bebas, bau, dan aroma
·         Sifat biologis : Daya kecambah, tipe dan jumlah kerusakan karena serangga, tipe dan jumlah kerusakan oleh jamur, hitungan bakteri

            Mutu menjadi sangat penting untuk dapat mencitrakan produk tersebut seperti diinginkan oleh konsumen. Mutu dari produk yang akan dijual sangat tergantung pada kondisi produk tersebut saat penerimaan dan pengelolaan pascapanennya di pusat-pusat penjualan ritel. Terlebih lagi keharusan untuk melakukan penyimpanan untuk dapat menyediakan produk tersebut selalu ada, maka keterlibatan teknologi penanganan yang memadai harus selalu mendapatkan perhatian dan sebagai konswekwensinya harus disediakan biaya untuk keterlibatan teknologi tersebut.
Penyediaan sayur dan buah dengan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar merupakan dasar dari perkembangan industri hortikultura terurama produk buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang terjaga kesegaran, rasa maupun aroma menjadi ukuran bagi konsumen dalam menentukan pilihannya. Permintaan konsumen untuk mendapatkan sayur dan buah yang berkualitas semakin tinggi hingga saat ini. Oleh karena itu penanganan pascapanen sangat penting untuk menjaga kualitas dan diharapkan dapat mempertahankan kesegaran selama penyimpanan.


2.2   Umbi-Umbian
    2.2.1  Struktur Anatomi dan Bagian-Bagian Umbi-Umbian
                      Umbi adalah salah satu organ tumbuhan yang termodifikasi dari organ lain pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan zat tertentu pada (pada umumnya karbohidrat).Organ yang dimodifikasi dapat berupa daun,batang,atau akar dengan perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat.Umbi biasanya terbentuk tepat dibawah permukaan tanah atau tertanam didalam tanah bersama akar.Organ penyimpanan tidak harus bebrbentuk umbi.Beberapa jenis tumbuhan menyimpan cadangan energi pada organ yang sama,tetapi tidak mengalami banyak modifikasi benyuk,sehingga tidak membentuk umbi.Tumbuhan memerlukan cadangan energi karena ia tidak bisa berpindah tempat untuk menemukan sumber energi baru atau untuk membantu reproduksi jenisnya.
           Jenis umbi dan bagian-bagiannya sebagai berikut :
a.Umbi lapis
        umbi lapis jika ditinjau dari asalnya merupakan hasil metamorfosis batang beserta daunnya.Disebut umbi lapis karena memperlihatkan susunan berlapis-lapis yang terdiri dari atas daun-daun yang telah menjadi tebal,lunak,dan berdaging.
Bagian-bagian dari umbi lapis adalah sebagai berikut :
·         Subang atau cakram (discus) : bagian ini merupakan batang yang sesungguhnya,tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang sangat pendek,mempunyai bentuk seperti cakram,dan terdapat kuncup-kuncup.
·         Sisik-sisik (tunica atau squama) : yaitu bagian yang merupakan metamorfosis daun yang menjadi tebal,lunak,berdaging,dan tempat menyimpan zat-zat makanan cadangan.
·         Kuncup (gemmae) : kuncup ini  dibedakan dalam kuncup pokok,kuncup samping,
·         Akar-akar serabut : terdapat pada bagian bawah cakramnya.
 b.Umbi akar
         umbi batang adalah batang yang tumbuh dan berkembang didalam tanah dan ujungnya menggelembung menjadi umbi yang disebut umbi batang.Umbi ini sebenarnya merupakan cadangan makanan bagi tumbuhan
 Bagian-bagian  dari umbi akar adalah sebagai berikut :
·         Sisik
·         tunas
·         Kuncup
·         Akar yang merambat dan berubah sebagai umbi
          c.Umbi batang
                    Umbi batang adalah merupakan hasil metamormofosis batang adalah masih terlihatnya kuncup-kuncup(mata) ,yang jika waktunya  tiba dapat bertunas dan menghasilkan tumbuhan baru
Bagian-bagian dari umbi batang adalah sebagai berikut :
·         Batang : biasanya tempat tumbunya bunga
·         Kuncup : tumbuhnya kuncup menjadi tunas
2.2.2  Penanganan dan Penyimpanan Umbi-Umbian
a. Penanganan Panen yang Baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
1. Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Misal bawang merah dicabut dan pada kentang, tanah di sekitar tanaman    dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan umbi dikeluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan/luka  pada umbi saat pembongkaran tanah. 
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. 
4. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan  hasil panen di atas tanah  atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak melakukan  pemindahan wadah. hindari memar atau lecet dari buah karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
b.  Penanganan segera setelah panen
         Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
1.      Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas

2.      Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk  dan kering.  Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran)Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
3.      Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
4.      Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
5.      Sortasi  yaitu pemisahan komoditas yang  layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.
 c. Penanganan pasca panen
     umumnya meliputi pekerjaan:
1.      Grading dan Standarisasi
        Grading  adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik.  Standard yang digunakan  untuk pemilahan  (kriteria )  dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar.
2.      Pengemasan / pengepakan / pembungkusan 
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
-Melindungi komoditas dari kerusakan
-Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
-Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin
-Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi
-Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan
-Memudahkan penanganan :Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan memberikan kesinambungan dalam penanganan mengacu pada standarisasi wadah / kontainer
-Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
3.   Penyimpanan (Storage operation)
Tujuan / guna  penyimpanan yakni sebagai berikut :
- Memperpanjang  kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
- Menampung  produk yang melimpah
- Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
- Membantu dalam pengaturan pemasaran
- Meningkatkan  keuntungan finansial bagi produsen
- Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
- Mengendalikan laju transpirasi
- Mengendalikan  repirasi
- Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
- Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
2.2.3  Faktor Yang Menyebabkan Penurunan Mutu Bahan
          Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan mutu bahan umbi-umbian adalah sebagai berikut :
1.      Umur panen
Umur panen adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penurunan mutu bahan karena jika pemanenan umbi tidak sesuai dengan umurnya akan menyebabkan umbi tersebut mengalami kekurangan mutu karena ada zat-zat  penting yang belum diproduksi oleh umbi sehingga umbi mengalami penurunan mutu.
2.      Musim saat panen
Musim dapat menjadi kendala terjadinya penurunan mutu dari umbi.Seperti yang kita ketahui bahwa pemanenan umbi pada cuaca yang tidak sesuai contohnya pemanenan umbi pada musin hujan akan menyebabkan umbi membusuk karena terkena air sehingga mutunya menurun.
3.      Cara panen
Cara panen adalah salah satu faktor yang menyebabkan penurunan mutu umbi,cara panen yang salah pada umbi menyebabkan umbi rusak contohnya memanen menggunakan alat atau benda tajam yang dapat merusak fisik dari umbi seperti terobek atau dibacot.
4.      Cara pengangkutan
Pengangkutan yang salah seperti menyimpan umbi pada kontainer atau mobil dalam keadaann tertindis sehingga menyebabkan umbi tidak bisa bernafas dan memar sehingga merusak mutu dari umbi
5.      Cara pengeringan
Pengeringan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan umbi menjadi sangat kering dan mengalami kriput,sebaiknya pada saat pengeringan dilakukan ditempat yang tidak berpaparan langsung dengan sinar matahari agar mutu dari umbi tetap terjaga.
6.      Penyimpanan
Penyimpanan yang tidak sesuai dengan kondisi umbi seperti penyimpanan yang tidak memperhatikan suhu dan kebersihan ruangan untuk menyimpan karena jika suhunya tidak sesuai kurangnya mutu akan berlaku dan jika ruangan tidak bersih akan menarik tikus dan hama yang dapat mengganggu umbi serta lama waktu penyimpanan sehingga mutunya mengalami penurunan.

2.2.4   Penanganan Mutu Umbi-Umbian
          Umbi adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak diminati oleh pasar karena potensinya sebagai bahan pangan,bahan baku industri.Untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar,diperlukan produk umbi yang bermutu baik.Perhatian pada kegiatan pascapanen diperlukan agar mutu umbi segar tetap terjaga seperti pada saat dipanen.Salah satu kegiatan pascapanen yang penting pada produksi umbi adalah penyimpanan.Kadar air yang tinggi dalam umbi segar menyebabkan umbi tidak tahan disimpan lama.Oleh karena itu,penyimpanan umbi harus dilakukan dengan benar untuk mendapatkan umbi umbi dengan mutu yang terjaga.Penggunaan kemasan plastik selama penyimpanan dapat dipertimbangkan sebagai cara untuk mempertahankan mutu umbi dan memperpanjang umur simpannya.Kemasan plastik dapat melindungi produk dari perubahan kadar air kareana dapat menghambat terjadinya penyerapan uap dari udara.













BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yakni sebagai berikut :
Buah-buahan dan sayuran merupakan komoditi yang mempunyai sifat mudah rusak atau perishable karena mempunyai karakteristik sebagai makhluk hidup dan tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hidupnya. Komoditi ini masih melangsungkan reaksi metabolismenya sesudah dipanen. Dua proses terpenting di dalam produk seperti ini sesudah diambil dari tanamannya adalah respirasi dan produksi etilen.        
a.       Panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya
b.      Penanganan  pasca panen yang tepat dapat mempertahankan kualitas sayur dan buah juga memperpanjang umur simpan dari produk tersebut.
c.    Mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahanperubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, Sayur dan buah identik sebagai produk yang  mudah rusak.
d.      Respirasi adalah salah satu proses vital dalam tanaman. Tanpa respirasi maka tidak akan ada aktivitas karena dari proses respirasi akan diperoleh sejumlah energi.
e.    Klimakterik yaitu suatu proses yang terjadi dimana laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode pematangan dan pada awal sensen non klimakterik tidak terjadi proses laju respirasi sehingga selama dalam proses pematangan tidak terjadi perubahan baik dari segi rasa, aroma dan warna dari buah tersebut.

f.    Bentuk modifikasi ini adalah pembesaran ukuran dengan perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat. Umbi biasanya terbentuk tepat di bawah permukaan tanah atau tertanam didalam tanah bersama akar.
g.   Penggunaan kemasan merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam melindungi umbi-umbian selama masa pengangkutan dan penyimpanan dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal
h.      Faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen umbi-umbian adalah
i.        Umur tanaman saat panen Musim saat penen hujan atau kemarau Cara panen
j.        Cara pengangkutan Cara pengeringan
k.      Penangan mutu pada umbi-umbian yaitu melalui proses penanganan dan pengolahan umbi-umbian bukan hanya untuk meningkatkan umur simpan dan kegunaanya tapi juga untuk meningkatkan keamanannya




DAFTAR PUSTAKA


Aryulina, Dkk.2007. Biologi 3 SMA dan MA Untuk Kelas XII. Jakarta: Esis/Erlangga.
Dondy,Dkk.2017. Teknologi Penyimpanan Umbi kenTang (Solanum tuberosum l.) Var. gm-05 dengan rekayasa Pencahayaan Untuk mempertahankan kesegarannya. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian .Vol 14 No.2
My samad.2006.pengaruh penangan pasca panen terhadap mutu komoditas umbi.jurnal sains dan teknologi indonesia.Vol.8 No.1..
DA agustiningrum.2008.studi pengaruh konsentrasi oksigen pada penyimpanan buah.Jurnal bioproses komoditas tropis.Vol.2 No.1.
Broto.2017.teknologi penyimpanan umbi kentang.Jurnal penelitian pasca panen.Vol.14 No.2.
Purnomo.2014.perubahan morfologi umbi kentang konsumsi.Jurnal   biologi.Vol.3 No.1.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH HASIL HUTAN BUKAN KAYU

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN “SIFAT FISIK MORFOLOGI,SIFAT KIMIA/BIOKIMIA,SIFAT FISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)”